Salah satu keunikan masjid ini adalah pemakaian 16 soko guru atau tiang penyangga masjid. Hal ini tentu berbeda dengan masjid lainnya yang hanya memiliki empat tiang. Empat tiang di tengah merupakan soko guru dengan tinggi 7-8 meter dan 12 tiang lain sekitar 2,5 meter. "Tiang-tiang tersebut berdiri dengan pola tertentu sehingga membentuk semacam ruangan atau bilik. Setiap 'bilik' memiliki nama tersendiri. Masyarakat meyakini setiap bilik mempunyai manfaat masing-masing. Bahkan konon ada 'bilik' tempat berdoa untuk meraih jabatan tertentu," ungkapnya. Pola dan rangkaian kayu jati ini membuat bentuk Masjid Jami Trasan menyerupai bentuk kapal kayu raksasa. Konon, nama Desa Trasan ini sendiri mengandung makna terusan Demak. Ini mengandung arti, masjid tersebut berasal atau dipengaruhi gaya arsitektur masjid di Demak. Faktor sejarah dan keunikan, menjadi sumber daya tarik masyarakat memadati Masjid Jami Baitul Muttaqin setiap tanggal 21 Ramadhan. Ini merupakan masjid tertua ketiga di Magelang setelah Masjid Agung Payaman dan Masjid Agung Kauman Kota Magelang. "Meski tidak ada bukti tertulis namun berdasar cerita masyarakat diyakini masjid ini dibangun sekitar tahun 1773 masehi,"